8/08/2009

Pilihan Sarapan untuk Buah Hati

Kita kerap kali menganggap sarapan adalah hal yang sepele. Hal ini tercermin dari terlambatnya waktu sarapan atau bahkan tidak melakukan sarapan sama sekali sampai waktu makan siang tiba.

Menurut Donna Simangunsong, Staf Pengajar Ilmu Gizi Akademi Perawatan RS PGI Cikini dan di Akademi Keperawatan FK Universitas Kristen Indonesia ini idealnya sarapan dilakukan pada rentang waktu jam 6-7 pagi. Donna menjelaskan sarapan sangatlah penting karena pada saat kita tidur terjadi pengosongan perut dan ketika bangun otomatis kadar glukosa, tekanan darah dan semua metabolisme tubuh menurun. Untuk meng-cover semua aktifitas kita sehari-hari maka diperlukan sarapan.

“Bahkan, 40% kebutuhan gizi dalam sehari harus dipenuhi pada saat sarapan,” jelasnya.
Begitu juga pada buah hati Bunda. Meski mereka tidak beraktifitas sebanyak orang dewasa tetapi mereka juga perlu energi untuk bermain. Supaya tidak bosan mereka perlu diberikan variasi makanan.
Untuk bayi kurang dari 6 bulan tentu hanya mengonsumsi ASI, tetapi ingat jangan memberikannya pada saat tidur karena metabolisme tubuhnya perlu beristirahat. Untuk anak usia 6 bulan sudah bisa diberikan bubur saring untuk sarapan, bisa juga ditambah wortel atau sayuran. Ketika usianya memasuki 2 tahun Bunda sudah bisa mulai memberikan menu bervariasi, seperti :
  • keping sereal rasa coklat ± 200 gram + susu 1 gelas belimbing
  • nasi / mie goreng ± 7 sdm + teh manis 1 gelas belimbing
  • nasi uduk ± 7 sdm + telur + teh manis 1gelas belimbing
  • roti bakar isi coklat + susu / teh manis 1 gelas belimbing
  • sandwich isi daging / sosis (bisa tambah mentega, tomat dan sayuran) + teh manis 1 gelas belimbing
Untuk anak usia 3-5 tahun bisa diberikan menu yang sama tetapi porsinya ditambah 50% dari menu di atas. Sebelum makan siang Bunda juga boleh memberikannya selingan (antara jam 9-10 pagi) seperti kue bolu + buah atau pudding coklat susu + buah.
Selamat mencoba!
Tips :
  • utamakan sarapan yang kadar glukosanya tinggi untuk pencerahan otak
  • terapkan jam-jam makan dalam sehari dan konsisten melakukannya
  • berikan makanan berprotein tinggi pada anak sampai usia 5 tahun

Source: infobunda

Membangun Kebiasaan Makan yang Baik untuk Anak

Selasa, 4 Agustus 2009 | 15:29 WIB

KOMPAS.com - Kebiasaan makan seseorang terbentuk sejak masih kecil. Umumnya, orang yang mengasuh memiliki peran terbesar untuk mencetak kebiasaan makan si kecil. Maka, siapa pun yang merawat anak harus tahu bagaimana menyiapkan si kecil untuk makan dengan tata cara yang baik, juga apa yang akan dimakan.

Anak-anak selalu mencontoh orang dewasa yang merawatnya. Sehingga, Anda, sebagai orangtua harus memberikan contoh terbaik. Jika anak-anak dibiasakan dan dibiarkan makan di luar rumah, mengemut, atau makan sambil jalan-jalan, mereka akan meneruskan kebiasaan itu hingga besar. Biasanya pengasuh membawa anak makan di taman sambil berlarian dan bermain. Ini bisa berdampak buruk pada pencernaan, belum lagi kemungkinan tersedak, atau makanan yang terekspos debu dan lalat. Berikut adalah beberapa contoh yang bisa Anda terapkan kepada pola makan si kecil.

Mulai sedini mungkin. Bahkan sebelum anak Anda mencicipi makanan keras pertamanya, Anda bisa membangun indera perasanya. Jatinder Bhatia, MBBS, profesor dan kepala bagian neonatalogi dari Department of Pediatrics dari Georgia, mengatakan bahwa menyapih ASI bisa menjadi fondasi untuk membangun pola makan nutrisi anak. Bayi sudah bisa membedakan rasa manis dan asin. Jika mereka diberi minuman bergula atau makanan tak sehat lain sejak kecil, mereka cenderung mengalami kemungkinan untuk mengalami obesitas di usia lanjutnya.

Berikan pilihan-pilihan makanan bernutrisi dan bervariasi. Anak-anak yang diberikan pilihan asupan buah dan sayuran yang bervariasi sejak kecil cenderung mudah dan akan memilih makan tersebut ketika mereka jauh dari rumah, terang Dr. Bhatia. Amat penting untuk mengenalkan ragam jenis makanan sehat sejak dini untuk anak-anak. Jika mereka terus terekspos makanan sehat sejak dini, mereka akan terus memasukkan menu makanan sehat tersebut setiap kali mereka makan.

Jangan menyerah jika anak menolak makanan. Tawarkan makanan sehat sesering mungkin kepada anak, meski ia menolak, ujar Janet M. de Jesus, MS, RD, ahli gizi spesialis dari National Heart, Lung, and Blood Institute. Dengan begini mereka akan tertarik untuk mencoba memakannya. Jangan ragu untuk terus menyajikan makanan sehat di piringnya.

Matikan televisi. Untuk mengajak si kecil mau makan makanan sehat, jangan lupa mematikan televisi. Sebuah studi mengatakan bahwa anak-anak yang makan di depan televisi tanpa ditemani keluarga cenderung tidak mengkonsumsi makanan sehat. Mereka tak mengkonsumsi sayuran, biji-bijian, maupun makanan kaya kalsium, dan kemungkinan mengkonsumsi minuman bersoda, ketimbang anak yang tidak makan sambil menonton televisi.

Lakukan apa yang Anda ajarkan. Dr. Bhatia mengatakan, bahwa kita belajar dari lingkungan kita. Anak-anak sangat memperhatikan dan mencontoh orang dewasa, khususnya orangtua mereka. Jadi, ketika Anda mengajarkan untuk makan makanan di meja makan, berlakulah demikian. Begitu pula jika Anda mengajarkan si kecil untuk makan makanan sehat, Anda pun harus makan yang sehat.

Beberapa orangtua mencoba menyiasati agar anaknya mau makan makanan sehat dengan menyusun makanan dengan bentuk yang lucu-lucu. Namun Dr. Bhatia mengatakan bahwa teknik ini harus sebagai cara terakhir. Karena ini bukanlah cara untuk membuat kebiasaan yang bertahan lama. Anak-anak harus belajar bahwa makanan lezat dan menyenangkan, meski dalam bentuk aslinya.

Disarankan pula untuk tidak memberi makanan fast food, minuman bersoda, atau makanan manis sebagai makanan “reward” atas usaha dan kerja keras anak. Makanan seperti itu sebaiknya diberikan hanya dalam acara-acara khusus saja. Artinya, boleh dimakan, asal tidak terlalu sering. Lagipula, jika di dalam pikiran anak tertanam bahwa makanan-makanan tersebut hanya bisa dimakan ketika ia berhasil melakukan sesuatu, maka ia akan lebih bernafsu untuk memakannya ketika ia sudah bisa menghasilkan uang sendiri.

Jangan lupa untuk mengajarkan anak porsi makan yang tepat untuk makanan-makanan sehat. Jika kita mengkonsumsi makanan sehat setiap hari, adalah hal yang wajar jika kita mengkonsumsi es krim di akhir minggu, asal dalam porsi yang sewajarnya. Misal, 1 scoop, bukan double.


NAD
Sumber : everydayhealth

8/02/2009

Makanan yang Mencerdaskan Otak pada Masa "Golden Years"
Anak-anak butuh asupan makanan yang tepat dan seimbang guna menjamin pertumbuhan fisik dan otak yang optimal.
Selasa, 28 Juli 2009 | 15:28 WIB

KOMPAS.com — Penting untuk diketahui setiap orangtua, bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan otak anak dimulai sejak ia masih dalam kandungan, hingga anak berusia 3 tahun. Pada masa-masa inilah sel-sel saraf otak berkembang amat pesat. Jika pada masa ini bayi tidak mendapatkan kebutuhan gizinya, kekurangannya tak akan bisa dipenuhi lagi di kemudian hari. Karena itu, penting untuk bisa memenuhi kebutuhan nutrisi seimbang di usia ini.

Perlu diketahui, ada dua tahap masa golden years anak: pertama, sejak konsepsi hingga bayi berusia 9 bulan dalam kandungan. Kesehatan bayi berada dalam kondisi optimal baru bisa terdeteksi langsung setelah kelahiran, yang ditandai dengan berat lahir normal, Inisiasi Menyusu Dini (anak langsung mencari puting ibu), dan anak menangis. Kedua, dihitung sejak kelahiran bayi hingga 2 tahun.

Ketika anak lahir, otaknya baru mencapai perkembangan 60 persen, dan ketika ia mencapai 2 tahun, otaknya baru mencapai 80 persen. Makin ia berkembang hingga 14-15 tahun, otaknya mencapai perkembangan hingga 90 persen. Tentunya ini diketahui dengan membandingkan kemajuan fisik dan kemampuan anak sesuai tabel pertumbuhan anak. Untuk bisa mencapai potensi optimal otak dan pertumbuhan fisiknya, diperlukan nutrisi tepat dan seimbang, juga stimulasi untuk otak.

Asupan anak untuk periode usia emas kedua merupakan hal yang krusial untuk anak. Diperlukan kemauan dan kerja keras orangtua untuk memastikan si kecil mendapat nutrisi tepat dan seimbang tersebut. Apa saja yang dibutuhkan?

Makanan yang terbaik dan tepat untuk bayi berumur 0-6 bulan adalah ASI. Bayi usia 6 bulan bisa diperkenalkan kepada makanan padat sesuai kemampuan dan umurnya. Misal, nasi tim, sari buah, dan lainnya. Makin beragam jenis makanan yang diperkenalkan pada anak, makin variatif menunya, makin baik dampaknya kepada pemenuhan zat gizinya.

Pertumbuhan yang cepat pada usia balita memerlukan penambahan konsumsi zat pembangun (bahan makanan mengandung protein) dan pengatur (bahan makanan mengandung vitamin dan mineral). Bertambahnya aktivitas memerlukan penambahan bahan sumber tenaga (bahan makanan mengandung karbohidrat dan lemak). Pertumbuhan mental memerlukan lebih banyak zat pembangun, terutama untuk pertumbuhan sel-sel otak yang sangat cepat.

Ir Marzuki Iskandar, MTP, dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia mengatakan bahwa karbohidrat harus memenuhi 55-60 persen, sementara protein 15-20 persen, lemak 25-30 persen, dan sisanya vitamin. Karbohidrat bisa didapatkan melalui bahan makanan seperti umbi-umbian, jagung, dan gandum. Sementara protein hewani dan nabati bisa didapat dari ikan, kacang kedelai (tahu dan tempe), susu, dan keju. Lemak yang berasal dari hewani dan nabati juga penting untuk dipenuhi lewat sumber lemak esensial yang juga dikenal sebagai lemak cerdas (DHA, AA, Omega-3, dan Omega-6). Vitamin bisa didapat dari buah dan sayur, juga sinar matahari pagi hari, demikian disampaikan Ir Marzuki dalam seminar "Brain Food untuk Masa Golden Years", Jumat (24/7) di Jakarta.

Makanan apa yang terbaik untuk otak yang harus terpenuhi? Ir Marzuki, yang biasa disapa Pak Uki, menjabarkan, untuk Omega-3, bisa didapat dari labu parang, minyak biji kapas, dan kacang-kacangan. Sementara untuk Omega-6 bisa didapat dari jagung, biji bunga matahari, biji wijen, dan susu pertumbuhan yang diperkaya dengan lemak esensial tadi. Sementara untuk DHA bisa didapatkan melalui salmon, makarel, herring, sardin, tuna, minyak wijen, lemon, minyak biji bunga matahari, kenari, zaitun, dan lain-lainnya.

Makanan terbaik untuk protein otak adalah tyrosine dan tryptophan yang bertugas sebagai penyampai pesan ke otak dan pengolah pesannya. Bahan ini bisa didapatkan dari telur, susu pertumbuhan yang sudah diperkaya kedua hal ini, ikan-ikanan, daging putih (daging unggas), daging merah, dan biji-bijian seperti kacang serta hasil olahannya (tempe, tahu, dan oncom).

Pak Uki juga menyatakan akan pentingnya 9 mineral kunci kekuatan mental, yakni zat besi, magnesium, fosfor, mangan, sodium, potasium, kalsium, seng, dan boron. Zat ini menjamin pesan otak mengalir lancar ke seluruh sistem saraf dan otak. Tujuh vitamin yang juga sangat penting bagi otak adalah; vitamin B1, B2, B3, B5, B6, dan biotin, ditambah vitamin C.

Jangan lupakan juga fungsi sayuran. Warna pada sayuran bisa mengisyaratkan kandungannya. Warna-warni makanan memiliki kandungan zat gizi yang penting bagi kesehatan otak, seperti:
*Paprika merah, kaya akan beta karoten.
*Bawang bombay, warna kuningnya dari antoxantin, pelindung kuat terhadap kerusakan akibat radikal bebas.
*Brokoli, kaya akan beta karoten yang juga ada di dalam wortel.
*Bit, warna ungunya disebabkan karena antosianid, yang melindungi membran otak.
*Tomat, warna oranye kemerahannya menandakan antioksidan likopen yang kuat untuk melindungi membran otak.
*Wortel, warna jingganya berasal dari beta karoten, mineral kalsium, magnesium, dan zat besi.
*Alpukat, mengandung beta karoten, vitamin C, dan vitamin E. Buah ini juga mengandung lemak tidak jenuh.
*Jambu biji, sumber vitamin C tinggi.
*Pepaya, vitamin C yang tinggi dan enzim papain untuk mencerna protein.

Perlu diingat juga, diperlukan variasi untuk memberikan makanan kepada anak-anak. Selain karena anak-anak bisa bosan dengan makanan yang sama berulang-ulang, variasi pun memperkaya vitamin dan gizi yang diasup anak. Salah satu asupan yang tak boleh terlupakan pula adalah air, untuk memastikan bahwa makanan terproses dan menghantarkan zat-zat penting tadi ke seluruh tubuh.


NAD
Bebaskan Gerak Anak untuk Menghindari Cedera Otak
Posisi tengkurap akan memperluas pandangan matanya.
Jumat, 31 Juli 2009 | 13:18 WIB

KOMPAS.com - Pada Kompas.com beberapa hari lalu, Anda bisa menemukan artikel yang memaparkan mengenai makanan yang mencerdaskan otak pada masa golden years, atau usia 0 - 3 tahun. Pada masa-masa inilah sel-sel saraf otak berkembang amat pesat. Jika pada masa ini bayi tidak mendapatkan kebutuhan gizinya, kekurangannya tak akan bisa dipenuhi lagi di kemudian hari.

Pertumbuhan otak sebenarnya sangat dinamis, bisa dihentikan atau diperlambat. Atau sebaliknya, dipercepat. Tentu, Anda akan memilih untuk mempercepat pertumbuhan otak, bukan? Karena jika pertumbuhan melambat atau berhenti, artinya anak mengalami cedera otak. Masalah cedera otak ini beragam, seperti celebral palsy, autis, gangguan konsentrasi, epilepsi, dan down syndrome. Untuk itu, kita harus selalu menstimulasi otak anak agar berkembang dengan baik.

Glenn Doman, physical therapist yang juga pendiri The Institutes for the Achievement of Human Potential, mengatakan bahwa otak tumbuh dan berkembang bila digunakan. Bayi yang hidup di lingkungan yang kaya akan stimulasi, otaknya akan berkembang lebih baik. Lingkungan yang dimaksud adalah yang memungkinkan anak untuk bergerak sebanyak mungkin. Manfaat gerak ternyata begitu luar biasa, antara lain memperbaiki sistem pernafasan, sehingga dapat mencukupi supply oksigen ke otak anak, dimana fungsi otak akan meningkat karenanya. Bergerak juga akan memperbaiki struktur tubuh, memperbaiki sistem pencernaan dan pembuangan, mengembangkan penglihatan, dan meningkatkan kecerdasan.

Tahap-tahap dalam gerakan anak adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Gerak tanpa perpindahan
Bayi mampu menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi belum mampu menggunakan gerakan itu untuk memindahkan badannya ke tempat lain.

Tahap 2: Merayap
Menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara tertentu, sementara perut ditekan ke lantai, sehingga ia bisa berpindah dari titik A ke titik B. Otak mereka akan terus berkembang untuk berpikir apa yang harus dilakukan untuk berpindah tempat. Di sini mereka mulai belajar berkoordinasi, dengan menyeret tangan kanan ke depan bersamaan dengan kaki kirinya.

Tahap 3: Merangkak
Bayi belajar menantang gravitasi untuk pertama kalinya, dan bangkit dengan bertumpu pada tangan dan lututnya. Pelajaran mengenai koordinasi terus berlanjut, dimana tungkai depan kanan hanya dilakukan secara bersamaan dengan tungkai belakang kiri. Anak akan menggunakan otaknya ke tahap lebih tinggi untuk belajar berpindah tempat dengan pola gerakan yang seimbang.

Tahap 4: Berjalan
Bayi belajar bangkit dan bertumpu pada tungkainya dan berjalan. Anak sudah mampu melawan gravitasi dari 4 titik tubuh pada posisi sebelumnya (merayap dan merangkak) ke posisi 2 titik dan 1 titik tumpu untuk menahan gravitasi. Melawan gravitasi adalah sebuah tahap yang luar biasa untuk menghindari kelumpuhan.

Tahap 5: Berlari
Anak mempercepat jalannya menjadi berlari. Keseimbangan dan koordinasinya bertambah baik.

Anak yang sehat tidak akan melewatkan satu tahap dalam proses tersebut, meskipun siklus masing-masing tahapan akan berbeda pada satu anak dengan yang lain. Jika salah satu dari tahap dasar itu dilewati, misalnya anak mulai berjalan sebelum ia cukup merangkak, akan terjadi konsekuensi yang merugikan. Contohnya, koordinasi yang lemah, kegagalan memiliki penguasaan tangan kanan atau kidal, kegagalan untuk mengembangkan penguasaan belahan otak yang normal dalam berbicara, kegagalan dalam membaca dan mengeja, kurang konsentrasi (sering disebut ADD), kurang fokus, mudah lelah ketika belajar, dan lain-lain.

Cara menstimulasi anak
Untuk melatih anak bergerak dengan tujuan merangsang otaknya, kita harus selalu mengamati dan mengarahkannya. Sebab, anak bisa saja salah menggerakkan anggota tubuhnya, atau kita sendiri tidak menyediakan lingkungan yang ideal untuk anak bergerak. Gunakan seluruh panca indera anak (penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan pencecapan) untuk membantu stimulasi otak. Agar anak dapat bergerak seluas-luasnya, berikut saran Irene F. Mongkar dalam acara Smart Parents Conference di JCC, Jakarta, Sabtu (25/7):

1. Singkirkan perabotan di rumah yang menghalangi gerak anak.
2. Lantai harus bersih, hangat, nyaman, dan aman. Bisa juga dengan menghamparkan matras yang sedikit keras untuk memudahkan ia bergerak. Kasur empuk yang diberi seprei akan membuatnya kesulitan bergerak, dan akhirnya berhenti.
3. Jangan biarkan ia berbaring dalam posisi telentang, karena jangkauan pandangannya akan sangat terbatas. Posisi tengkurap akan memperluas pandangannya, dan keinginan untuk bergerak pindah akan lebih mudah.
4. Boks bayi, kereta dorong, baby walker, dan sejenisnya, sangat membatasi gerak anak.
5. Anak memang perlu diusap atau dipeluk untuk mendapatkan kehangatan, namun jangan menggendong anak terlalu lama. Bebaskan ia untuk bergerak dengan meletakkannya di lantai.
6. Jangan mengira bahwa anak yang selalu tidur akan menyenangkan, karena tidak merepotkan. Anak juga harus sering diajak ngobrol atau bermain.
7. Berikan dorongan dan pujian bila ia berhasil melakukan gerakan. Biarkan ia berusaha dengan maksimal saat akan berbalik, berdiri, atau melangkah. Bila ia sudah kehabisan tenaga, Anda bisa membantunya.
8. Jangan membiarkan anak beraktivitas sendiri, sementara Anda sibuk nonton TV, ngobrol dengan tetangga, atau Facebook-an. Temani dia dalam setiap tahap gerakannya, dari merayap hingga melangkah.
9. Jangan memberi iming-iming agar anak mau bergerak, atau memaksanya.